• Satu Tahun Enam Perstasi

    Penyerahan Piala dan penghargaan lomba PBB kepada SMPN 17 Mandau

  • Puncak Penanaman Satu Miliyar Pohon

    Wawancara bersama Sekretaris Daerah Kabupaten Bengkalis. Burhanuddin pada acara Puncak Penanaman Satu Miliyar Pohon di Kesumbo Ampai

  • Foto Bersama Hari Pendidikan

    Foto Majelis Guru, Staf Tata Usaha dan Kepala SMPN 17 Mandau

Senin, 30 Mei 2016

Kebersamaan itu penting

Hanya temanlah yang bisa membuat hati kita bisa tenang saat masalah yang datang menghampirimu, percayalah!

Apa kalian merasakannya? Apakah mereka yg membuat kita senyum kembali?  Teman itu seperti apa?  KenalIah wahai kawan  hanya kalianlah yang bisa menjawabnya!

Jawabannya iya, teman itu seperti ibu kedua bagi kita tetapi teman itu bukanlah menyombongkan diri, teman itu adalah sahabat yang selalu ada kita... Sahabat itu tau arti kebersamaan:)    




 
Eca Andini, Sari Octavia, Ditha Anggaraini, Anita Okta Viana, Annisa Ayanti

Selasa, 24 Mei 2016

Satu Tahun Enam Prestasi

Penyerahan Piala dan Penghargaan kepada Pembina Pramuka, Melda
7teen News Salam Pramuka! Tentu para anggota Pramuka mengetahui salah satu Salam tersebut. Pramuka atau Praja Muda sudah tersebar di negara-negara seperti Amerika, dll. Pramuka juga menjadi salah satu ekskul di SMPN 17 Mandau yang dibina oleh Melda Oktia Wiguna S. Pd. “Kegiatan ini bermula pada April 2015 yang diikuti oleh 16 siswa,” ungkapnya.

Pramuka SMPN 17 pertama kali berpartisipasi di SMKN 9 Mandau dan berhasil membawa kemenangan sebagai Juara I lomba PBB antar SMP. Tidak hanya itu, Pramuka SMPN 17 Mandau juga berhasil meraih prestasi di sekolah-sekolah lain seperti: Di SMAN 3 Mandau, SMKN 3 Mandau, Kapolsek Mandau, dan SMKS Korpri. “Alhamdulillah sangat senang, dan bersyukur juga berterima kasih kepada guru yang mendukung saya untuk menjadi Pembina,” tambahnya.

Begitu banyak persiapan yang dilakukan anggota Pramuka sebelum mengikuti lomba dan salah satunya ialah melakukan Persiapan fisik, mental, serta latihan dan do’a yang banyak. Dengan peralatan yang masih belum memadai hal tersebut tidak membuat anggota pramuka untuk berputus asa, anggota pramuka terus berusaha serta selalu mengikuti lomba-lomba pramuka agar memperoleh keberhasilan. Ekskul yang berusia satu tahun ini telah berhasil membawa kemenangan sebanyak enam prestasi. “Semoga dengan lomba yang akan mendatang, anggota Pramuka dapat membawa lebih banyak kemenangan lagi.” Tutup Imel. 

Senin, 23 Mei 2016

Surat Terakhir untuk Ayah

“Kukuruyuk....kukuruyuk“, suara ayam sudah terdengar oleh telingaku, pagipun mulai menyambutku dengan tenang. Hari-hari yang aku lalui selama ini sama dengan hari-hari yang lalu, kujalani hari-hariku dengan penuh semangat walaupun kehidupanku tidak sesemangat jiwaku. Aku mulai melangkahkan kakiku untuk memulai hari. Ibupun sudah menyiapkan sarapan pagi untukku.
              “Aliya , sarapannya sudah siap nak, cepat sarapan nanti terlambat ke sekolah lho,“ Ucap ibu sambil membereskan meja kompor.
              “Iya bu, inikan baru pukul 05.30. Lagi pula sekolah Aliya  dekat bu, ibu tenang saja Aliya  kan anak yang disiplin, haaaa...haaaaaa“. Candaku kepada ibu, sambil menuliskan surat spesial. Kebiasaaanku adalah membuat surat spesial untuk seseorang, aku selalu berharap surat itu dibaca oleh seseorang itu, dia adalah Ayahku sendiri.
              Ya, kelihatannya memang agak aneh membuat surat untuk ayah sendiri, apalagi tinggalnya satu rumah, tapi ayahku tidak tinggal bersamaku lagi sejak aku berumur 6 tahun. Aku telah ditinggal ayah, dan aku tidak pernah berjumpa ayahku lagi. Ayahku telah pergi merantau ke negeri jiran, ayah dulu pernah bilang kepada ibu bahwa ia akan kembali lagi. Tapi sampai aku berumur 14 tahun ini ayah tidak kembali. Ibu sudah mencarinya tapi bertemu.
              Ayah tinggal di Malaysia bersama paman Gio, pamanku. Tapi setelah ditanya, pamanku mengatakan ayah sudah pulang lagi ke Indonesia. Paman Gio putus kontak saat Ayah sudah menyeberang ke Pelabuhan Batam. Padahal jarak Batam-Duri tempatku tinggal tidak begitu jauh. Namun, hingga sekarang ayah belum juga kunjung pulang.
              Aku dan ibu sudah beberapa kali mencari ayah kesana. Berusaha mencari informasi dengan teman-teman ayah yang pernah diceritakan ayah. Namun tak satupun yang tahu keberadaan ayah. Tapi aku tidak akan pernah menyerah, sampai titik darah penghabisan! Semangat! Pantang menyerah! Oke! Waktunya pergi ke sekolah. Dan aku tidak pernah lupa pamit dengan ibu.
              “Ibu, Aliya  pergi sekolah dulu ya, Aliya  doain semoga dagangan ibu laku semua, aamiin. Dan doain Alya juga ya bu semoga Aliya  jadi anak yang pintar”. Ucapku pada ibu sambil menciumi tangannya.
              “Iya sayang, ibu pasti akan selalu doain kamu, kamu kan anak ibu yang paling ibu sayang! Dan anak ibu yang paling cantik“. Goda ibu kepadaku.
              “Ibu bisa adja dech. Alya pamit dulu ya bu, Assalamualaikum “.
              “Wa’alaikumsalam“. Jawab ibu.
***
              “Goes....goes...goes“ Kakiku mulai mengayuh sepeda menuju sekolah, untuk menimba ilmu.
              Sebelum sampai sekolah, aku pergi dulu ketempat spesial. Tak begitu jauh dari rumahku. Sebuah bekas hotel tua yang tidak ditempati. Tepat ditengah kota Duri. Didepan gedung ini, banyak kendaraan berjalan kencang. Aku melangkah kelantai lima gedung itu. Disini aku selalu menerbangkan surat-surat yang kubuat untuk ayah. Aku berharap setiap surat yang akun terbangkan sampai kepada ayah. Memang sih, mustahil rasanya surat bisa sampai keayah yang ada di Dumai tapi aku terus berharap Allah mendengarkan doaku selama ini..
              Proses pembelajaran pun telah berlalu. Bel pulang sekolah pun sudah berbunyi. Artinya semua siswa dan siswi diperbolehkan kerumah masing-masing. Dengan semangat aku pun langsung menggoeskan sepedaku menuju gedung tua. Eh! Maksudku Kantor posku. Aku langsung menerbangkan lagi beberapa surat yang ku buat di sekolah tadi, ya pastinya untuk ayah. Setelah menerbangkan surat itu aku langsung pulang kerumah tercinta ku.
              Tiba-tiba di depan gedung aku disapa seorang pria tua, sepertinya lebih tua dari umur ayahku.
              “Nak!” Ucap orang yang tidak kukenal itu.
              “Hah! Iiiya, Pak?” Tanya ku ter bata-bata. Agak takut aku ketahuan telah memasuki gedung tua ini sendirian.
              “Kamu tau rumah Bu Rahma?” tanya bapak itu kepadaku.
              “Tttttau pak, d dia ibu saya, a ada urusan apa dengan ibu saya pak ?” Tanyaku tambah takut. Wah bahaya kalau bapak ini mengadu pada ibuku. Teriakku dalam hati.
              “Oh... Kamu anak nya ibu Rahma? Bisa antarkan bapak, Nak?” Pintanya
              “Bisa pak, mari pak.” Ajak ku. Aku tak mampu menolak, tetapi aku pasrah saja.
             
              Setiba dirumah, bapak misterius itu duduk disofa dan aku ke dapur memanggil ibu. Cukup lama ibu berbincang dengan bapak misterius itu, sementara aku menguping saja dari kamar. Tiba-tiba ibu meneteskan air matanya.
              “Ibu kenapa nangiis?” tanyaku mendekat.
              “Aaayah mu Aliya ....” tangis ibu semakin kencang.
              “Ayah? Ayah kenapa bu..? Ayah pulang bu? jawab bu...” Tanya ku dengan rasa sedikit senang.
              “Tidak nak... kamu yang sabar ya sayang, ayah, ayah, ayah meninggal Aliya aa.... “
              Sontak aku terkejut mendengar kata-kata ibu tadi, perasaan senangku berubah menjadi kesedihan, aku tidak menyangka akan begini akhirnya. Ayah yang aku harapkan kembali pulang ternyata sudah tidak ada lagi, air mata ku mengalir dengan deras, aku tidak mampu membendung perasaan ku yang hancur.
              Bapak itu memberikan beberapa kertas yang berbentuk pesawat, dan yang membuat aku terkejut adalah pesawat kertas itu persis seperti suratku untuk ayah yang aku terbangkan di hotel tua, surat ku yang berbentuk pesawat.
              “Bu Rahma, ini..” bapak itu menyerahkan pesawat kertas itu.
              “Aaapa ini?” tanya ibu dengan rasa penasaran bercampur bingung.
              “Saya menemukan ini pagi tadi didepan bengkel. Koko pemilik bengkel sebelah hotel tua itu juga memberikan banyak pesawat kertas yang disimpannya kepada saya. Saya baru sadar kalau saya mengenal orang yang dimaksud dalam surat ini. Dulu saya satu kapal dengan Pak Rahmat, hanya kenal dikapal saja. Dan saya berpisah di pelabuhan Batam. Sekitar dua hari kemudian saya mendapat kabar beliau menjadi korban begal. Sementara identitasnya hilang semua. Beliau sudah dimakamkan di Batam didaerah rumah saya. Saya yang mengurusinya sebab saya yang kenal. Namun, sebelum berpisah saya tidak tahu tepat tinggalnya. Beliau hanya menyebut kota Duri.” Bapak bernama Surya itu menjelaskan.
              Air mataku tumpah. Ibu berusaha menenangkanku. Punah sudah harapanku bisa bertemu ayah. Wajah ibu dan pak Surya sudah samar dimataku. Pudar tertutupi air mata.
              “Pak Rahmad banyak cerita tentang anak gadisnya. Dan sangat membanggakan Aliya . Beliau juga sangat rindu pada Alya karena sudah lama tak berjumpa.” Pak Surya terus bercerita, sementara aku tidak bisa menyimak percakapannya dengan ibu sebab rasa sedih yang sangat dalam.
              “Terima kasih ya pak Surya, sudah memberi informasi tentang suami saya, insyaallah kami akan berziarah di makam bapak”. Ucap ibu kepada pak Surya.
              “Sama-sama bu, saya hanya menyampaikan amanah bu, kalau begitu bagaimana jika besok kita sama-sama ke Batam. Kebetulan saya juga mau pulang. Saya menggunakan mobil, namun rusak dan sedang di bengkel sekarang”.
              Setelah mendapat tawaran Pak Surya aku dan ibu langsung ziarah ke makam ayah di Batam. Kami mendo’akan ayah bersama-sama.
              “Ya Allah, ampunilah semua dosa ayah, lapangkanlah kuburan ayah, berikan lah ia tempat yang terbaik disisi-Mu ya Allah, temukanlah kami lagi bersama ayah di syurga Mu ya Allah, Amiiin....”.
              Walau ayah tidak ada di dunia ini lagi, tapi bagi aku dan ibu, ayah tetap ada di hati kami. Sehabis berziarah kemakam ayah, aku langsung pergi menuju Kantor Posku untuk menerbang kan surat terakhir untuk ayah.
              Ayah, semoga ayah tenang ya dialam sana, Aliya  dan ibu selalu do’ain ayah kok. Ayah tenang aja, walaupun kita gak bisa jumpa di dunia, Aliya  sangat yakin Allah pasti mengumpulkan kita di syurga ya yah.
              Ayah, maksih ya udah sangat-sangat sayang sama Aliya , udah besarin Aliya , udah memberi dan mencari nafkah untuk Aliya  dan ibu dan yang paling penting, terima kasih ayah udah menjadi ayah yang terbaik untuk Aliya  selama ayah ada. Jasa ayah gak bakalan Aliya  lupain, Aliya  juga minta maaf kalau Aliya  pernah buat ayah marah waktu kecil, pernah buat ayah kesel sama Aliya, walapun hanya 6 tahun Aliya  bersama ayah. Tapi Aliya  udah bahagia banget, karna udah mendapat kan kasih sayang dari seorang ayah. Aliya  berharap semoga ayah mendengar dan tahu isi surat ini. yaa walaupun dunia kita berbeda, tapi Aliya  yakin hati kita akan tetap bersatu untuk selama-lamanya. Semoga kita bisa berjumpa lagi ya ayah.., Amiiiiiiiiin..!!. Aliya  janji akan jadi anak yang baik dan tegar serta nurut sama ibu.
              Selamat jalan, Ayah... Walaupun ayah udah gak ada, aku dan ibu gak akan pernah goyah! Karna kami tahu, ayah tidak menginginkan kami larut dalam kesedihan. Thank you ayah...

Selesai.

Anisa Putri Salsabila, Lahir di Duri, 04 April 2001. Siswa Kelas 8 SMPN 17 Mandau. Senang menulis cerpen sejak dibangku SMP. Hobi membaca novel.


Waka Kesiswaan; Umi Kalsum

Umi Kalsum merupakan salah satu guru berprestasi di SMPN 17 Mandau. Umi lahir di Bagan Siapi-api, 5 Maret 1971 dari pasangan bapak Hamdani, dan ibu Roaini. Anak sulung dari 9 bersaudara ini merupakan lulusan Sarjana Agama Islam di UIN, Pekanbaru.

Prestasi yang Umi raih ialah  menjadi anggota Pramuka yang berhasil membawa nama sekolahnya ketingkat nasional di Kalimantan Selatan. Umi juga pernah menjabat sebagai salah satu anggota aktif di MTS dan Universitasnya, seperti menjadi anggota OSIS dan UKS. Umi telah mendidik diberbagai tempat seperti MA Diniyah Putri pada tahun 1997, SMPN 6 Mandau tahun 2000-2007, SMPN 11 Mandau tahun 2003-2007, dan SMPN 17 Mandau dan saat ini menjabat sebagai WAKA Kurikulum. Motivasi Umi menjadi seorang guru adalah untuk mendidik siswa agar berakhlak mulia, dan Ikhlas beramal.
Hal-hal yang ditanamkan Umi untuk para siswa-siswi adalah akhlak mulia, budi pekerti, disiplin, sopan santun, iman dan takwa pada siswa didiknya. Dalam mengajar, Umi tidak pernah kesal dalam menghadapi warna-warni perilaku siswanya karena ia beranggapan bahwa yang mereka lakukan adalah tahap menuju kedewasaan.

Cita-cita Umi yang belum tercapai adalah menaik haji orangtuanya. Selain itu ia juga berharap kelak SMPN 17 Mandau menjadi sekolah terbaik dari segi akhlak dan kedisiplinan siswa. “Semoga SMPN 17 Mandau menjadi sekolah yang dapat dicontoh sekolah lain dalam segi akhlak dan juga kedisiplinannya walaupun berusia muda.” harapnya.



























Senin, 09 Mei 2016

SpeakUpYourMind


Kamis, 05 Mei 2016

Foto bersama di hari pendidikan

Foto bersama Guru dan Kepala SMPN 17 Mandau

Rabu, 04 Mei 2016

Muhasabah Bersama Sebelum UN

7teen News-Tiga Mei lalu telah terlaksana acara muhasabah siswa kelas IX SMPN 17 Mandau yang berlokasi di Mushala Fastabiqul Khairat. Karena tidak sampai seminggu mendatang mereka akan mneghadapi UN. Pihak sekolah telah jauh-jauh hari mempersiapkan kelangsungan UN. Begitu banyak harapan yang ingin dicapai siswa siswi kelas IX ini yaitu bisa lulus dengan nilai yang memuaskan.
Dalam acara ini, SMPN 17 Mandau mengundang H. Sarman Mirja yaitu Senior Fasilitator Telaga Qalbu Al-Kautsar yang menyampaikan materi tentang persiapan UN. Acaranya berlangsung sesuai rencana. Menurut Fitri Handayani perasaannya setelah mengikuti acara ini merasa lega, sedih dan terharu. Menurut Dani sebagai siswa kita harus menghormati orang tua dan rajin belajar. “Menghormati orang tua dan rajin belajar adalah kunci sukses siswa,” Jelas Dani salah satu siswa kelas IX.
Semua sekolah sudah tahu bahwa tanggal 9 Mei mendatang akan dilaksanakan UN. Agung Afrilian telah melakukan persiapan untuk menghadapi UN yaitu selalu belajar, berdoa dan selalu berusaha semaksimal mungkin. Semua siswa selalu berdoa dan ingin mencapai kesuksesan dalam UN ini, namun semua hal itu harus dicapai dengan bekerja keras dan penuh kesabaran.
Seminggu setelah UN, sekolah akan mengadakan acara perpisahan angkatan pertamanya. Perpisahan antara murid ini tentu akan meninggalkan kesedihan yang mendalam. Seperti yang dikatakan oleh Fitri Handayani bahwa ia akan merasa sedih bila berpisah dengan teman-teman sekolah dan guru yang telah mengajarnya selama ini. “Saya sangat sedih karena belum tentu jika tamat nanti saya dan teman-teman akan bergabung lagi. Apalagi pada gurunya pasti akan selalu ingat kenangan pada saat kena marah, dihukum, dipuji oleh guru. Itu pasti akan selalu saya ingat sampai saya tamat dari sini.” Tutup Fitri.

Sarman Mirja selaku motivator berharap siswa SMPN 17 Mandau dapat melaksanakan ujian dengan jujur dengan hasil yang membanggakan.  “Mudah-mudahan siswa siswi di sini akan melaksanakan ujian dengan baik, jujur sehingga kita dapat menghasilkan sesuatu yang maksimal dan nilai yang bagus juga membanggakan.” Jelas Salman. (EW, EA)